Warna beras yang berbeda-beda diatur secara genetik, akibat perbedaan
gen yang mengatur warna aleuron,
warna endospermia, dan komposisi pati pada endospermia.
Beras putih, sesuai namanya, berwarna putih agak transparan
karena hanya memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya
sekitar 20%. Beras ini mendominasi pasar beras.
Beras merah, akibat aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu.
Beras hitam, sangat langka, disebabkan aleuron dan endospermia
memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu
pekat mendekati hitam.
Ketan (atau beras ketan), berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya merupakan amilopektin.
Ketan hitam, merupakan versi ketan dari beras hitam.
Menteri Pertanian (Mentan) Suswono secara resmi meluncurkan beras
analog yang berbahan sagu, jagung, dan tepung singkong hasil inovasi
Institut Pertanian Bogor
[1] (IPB) sebagai kebutuhan pokok pengganti beras padi. Bentuknya pun sama seperti beras padi.
Beberapa jenis beras mengeluarkan aroma wangi bila ditanak (misalnya
'Cianjur Pandanwangi' atau 'Rajalele'). Bau ini disebabkan beras
melepaskan senyawa aromatik yang memberikan efek wangi. Sifat ini diatur
secara genetik dan menjadi objek
rekayasa genetika beras.
Di Iran utara, di Provinsi Gilan, banyak kultivar padi Indica
termasuk Gerdeh, Hashemi, Hasani, dan Gharib telah dibesarkan oleh
petani.
[2] copas. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Indonesian_rice_vendor.JPG